Berita Kepada Kawan
daniel.tanamal Official Writer
Pelayanan ini terasa sangat
menyedihkan. Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan. Banyak cerita yang
mestinya kusampaikan, rohani yang kering dan pernikahan yang berantakan. Kawan
coba dengarkan kisah ini, lalu belajar supaya tidak mengulangi.
Dari segi pelayanan ia
tergolong berhasil. Jemaatnya mendekati 3.000 orang. Sering memberi seminar di
berbagai negara. Ia berhasil mencetak pemimpin muda di banyak kota. Namun
sayang, ia harus menghadapi kenyataan pahit, suatu
hari istrinya minta cerai. Dengan berlinang air mata, sahabat saya ini
bercerita dan memintaku untuk berdoa. Kami sudah berteman lebih dari 15 tahun.
Itulah sebabnya aku sangat prihatin dengan kondisi pernikahannya. Akupun berdoa
dan memberi nasehat kepadanya.
Pelayanan adalah dunia yang
sangat berbahaya. Di sana banyak penyalahgunaan, pelecehan dan eksploitasi.
Benarlah kata pak John Maxwell, 'dunia pelayanan bisa mendekatkan atau
sebaliknya menjauhkan Anda dari Tuhan'. Tidak sedikit yang menggunakan
pelayanan untuk membangun jati diri. Kelompok ini sering menggunakan mimbar
untuk mendapat pujian, kesukaannya menghitung jumlah jemaat untuk status, dan
pamer fasilitas untuk mendongkrak identitas. Namun sayang, atas nama
'kemuliaanku' ia rela mengorbankan segalanya dan tidak peduli dengan kondisi
pernikahannya.
Bapak Steve Farrar dalam
bukunya 'Finishing Strong' juga pernah berkata bahwa pemimpin kristen yang
mengakhiri dengan baik itu hanya 10 persen. Sisanya terjungkal di tengah jalan
karena jatuh dalam zinah, penyalahgunaan keuangan, sok berkuasa dan
menelantarkan keluarga. Membaca buku ini, hati bisa berdebar dan was-was,
apakah aku bisa mengakhiri dengan baik? Inilah doaku setiap hari 'supaya aku
tetap setia kepada Allah, keluarga dan panggilan hidup.'
Ibu Melany Stockstil pernah
berkata '64 persen istri pendeta tidak bahagia'. Dan disinilah awal dari
bencana. Jika pelayanan dijadikan lahan untuk memuliakan diri bukan memuliakan
Tuhan, pasti akan ada akibatnya. Pendeta berlomba menambah jumlah jemaat dengan
main sikat sana sini, mancing di aquarium atau menjala di empang tetangga.
Jemaat tidak lagi dipandang sebagai umat Tuhan tetapi aset perusahaan. Kerja 24
jam, membanting tulang atas nama 'ladang Tuhan' namun lupa keluarga yang
menjadi aset kehidupan. Jangan heran jika istri memilih untuk hidup dalam
kepahitan terhadap suami yang gila pelayanan.
Mari berhenti sejenak, dan
merenungkan tulisan ini. Jangan takut kena templak, jangan malu kena tegur.
Sudah saatnya membuka mata dan menaruh tangan di dada sambil berkata
'selidiklah hatiku ya Allah...'
Setelah itu berubah dan menjadi lebih baik.
Selamat pagi semua dari Sydney Australia.
Renungan Oleh:
Pendeta Paulus Wiratno
Sumber : Disunting seperlunya tanpa mengurangi atau menambah maksud penulisan, editing oleh Daniel Tanamal - Jawaban.com
Halaman :
1